Siapa yang tak kenal dengan yang namanya software bajakan? Tentu hampir semua orang pernah mengenalnya atau menyukainya atau menggunakannya atau pula mengkoleksinya bahkan menjualnya. Ya, software bajakan merupakan pilihan sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai alternatif software yang murah tanpa perlu membeli lisensi yang sebagian besar sangat mahal untuk pengguna komputer di tanah air. Sebuah dilema bagi pengguna komputer tanah air, pilih bajakan dengan harga murah dan terjangkau atau memilih software original yang harganya tak usah ditanya lagi.
Berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan Business Software Alliance (BSA) yang melibatkan 518 orang pengguna komputer ditanah air dari bulan Maret hingga bulan Februari 2012, bahwa 59 persen pengguna komputer menggunakan software bajakan atau software ilegal. Sudah saatnya Indonesia menggalakan IGOS (Indonesia Go Open Source) agar ketergantungan akan produk-produk berlisensi dengan harga yang menurut admin bahkan sebagian masyarakat pengguna komputer tanah air cukup mahal.
Walau bukan menjadi alasan untuk membajak software, tapi dengan harga original tersebut, siapapun akan memilih yang lebih murah dengan fitur yang tak jauh berbeda dari pada yang original. Sebagai gambaran ketika merakit komputer, untuk Sistem Operasi saja, misal OS Windows, harus membeli lisensi yang cukup mahal, belum lagi untuk aplikasi lainnya yang juga harus dibeli dengan harga yang cukup mahal pula. Bila dihitung-hitung, antara hardware dan software jauh lebih mahal software. Walau harga tersebut relatif, tapi relatif bagi yang berkantong tebal, bahkan mereka pun masih menggunakan bajakan.
Walau bukan menjadi alasan untuk membajak software, tapi dengan harga original tersebut, siapapun akan memilih yang lebih murah dengan fitur yang tak jauh berbeda dari pada yang original. Sebagai gambaran ketika merakit komputer, untuk Sistem Operasi saja, misal OS Windows, harus membeli lisensi yang cukup mahal, belum lagi untuk aplikasi lainnya yang juga harus dibeli dengan harga yang cukup mahal pula. Bila dihitung-hitung, antara hardware dan software jauh lebih mahal software. Walau harga tersebut relatif, tapi relatif bagi yang berkantong tebal, bahkan mereka pun masih menggunakan bajakan.
Tulisan ini hanyalah sebuah catatan sederhana yang hasilnya menentang segala bentuk pembajakan tapi tentu dengan tidak menutup kedua mata bahwa sebagian masyarakat tidak mampu membeli software original. Andai saja ada Operating System seperti Windows dengan harga 200 ribu, admin yakin sebagian besar pengguna komputer ditanah air akan membeli lisensinya, bukan 55 persen, tapi 90 persen. Tapi tampaknya itu semua mustahil.
Sumber : berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar